TUHAN, MAAF, KAMI SEDANG SIBUK

Kalimat di atas bukanlah kalimat yang asing bagiku. Karena tanpa kusadari, aku selalu mengucapkan dalam hati kalimat itu ketika aku lupa mengerjakan ibadah. Dan melalui buku karangan Ahmad Rifa’i R aku menjadi lebih sadar kalau aku lebih banyak lupanya selama ini untuk beribadah.



ini dia sedikit sinopsisnya:

Tuhan, harap maklumi kami, manusia-manusia yang begitu banyak kegiatan. 

Kami benar-benar sibuk, sehingga kami amat kesulitan menyempatkan waktu untuk-Mu. 

Tuhan, kami sangat sibuk. 

Jangankan berjamaah, bahkan munfarid pun kami tunda-tunda. 

Jangankan rawatib, zikir, berdoa, tahajud, bahkan kewajiban-Mu yang lima waktu saja sudah sangat memberatkan kami. 

Jangankan puasa Senin-Kamis, jangankan ayyaamul baith, jangankan puasa nabi Daud, bahkan puasa Ramadhan saja kami sering mengeluh. 

Tuhan, maafkan kami, kebutuhan kami di dunia ini masih sangatlah banyak, sehingga kami sangat kesulitan menyisihkan sebagian harta untuk bekal kami di alam abadi-Mu. 

Jangankah sedekah, jangankan jariyah, bahkan mengeluarkan zakat yang wajib saja seringkali terlupa. 

Tuhan, urusan-urusan dunia kami masih amatlah banyak. 

Jadwal kami masih amatlah padat. 

Kami amat kesulitan menyempatkan waktu untuk mencari bekal menghadap-Mu. 

Kami masih belum bisa meluangkan waktu untuk khusyuk dalam rukuk, menyungkur sujud, menangis, mengiba, berdoa, dan mendekatkan jiwa sedekat mungkin dengan-Mu. 

Tuhan, tolong, jangan dulu Engkau menyuruh Izrail untuk mengambil nyawa kami. Karena kami masih terlalu sibuk. 

(disadur dr www.gramediashop.com)



Kata-kata yg lugas dan menyindir. Menyindir siapa? aku tentunya, dan juga orang-orang yang tersindir juga karena selama ini sibuk dengan urusan dunia.

Tanpa disadari, selama ini kita asyik dan tenggelam dengan pekerjaan-pekerjaan dan urusan dunia kita. Untuk apa kita bekerja? untuk mencari uang, memenuhi kebutuhan hidup,untuk masa depan, kepuasan batin? ya, bermacam-macam alasan yang mendorong orang untuk bekerja keras. Namun selama itu juga tanpa disadari sebagian dari kita asyik bergulat dengan pekerjaan mengejar deadline, namun lupa melakukan kewajiban kita sebagai manusia terhadap Tuhan, ibadah. Contoh saja aku, suatu kali ketika adzan Dhuhur sudah berkumandang, rekan seruangan saya mengingatkan dan mengajak solat berjamaah, namun dr mulut ini keluar ucapan, “sebentar ya, nanggung, hampir kelar nih”. Kata-kata seperti itu otomatis keluar dr mulut tanpa disadari karena keasyikanku dalam bekerja. Salahkah? salah menurutku. tidak terhitung berapa banyak rezeki yg diturunkan Tuhan kepadaku, namun kadang aku tetap belum bisa menyisihkan waktu untuk ikut berjamaah menghadap Sang Khalik. Betapa tidak bersyukurnya aku terhadap apa yang telah diberikan Sang Pencipta.

Membaca sinopsis buku tadi, aku teringat dengan salah satu ayat dalam Kitab Suci yang artinya seperti ini:

“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.”

(QS. As-Saba:13)

Kalau begitu apakah kita akan diam saja dan bangga kalau tidak termasuk bagian dr “sedikit” itu? hmm, semoga tidak. Buku ini sudah lumayan banyak menyadarkan aku betapa selama ini aku masih sering lupa untuk bersyukur padahal sudah jelas termaktub dalam Kitab Suci bahwa kita harus selalu bersyukur, karena dengan bersyukur Tuhan akan selalu menambahkan nikmat kepada kita

“Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan, sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”

(QS Ibrahim:7)

Jadi, marilah mulai dari sekarang, sekecil apapun nikmat Tuhan yang kita terima, bersyukurlah. Dengan begitu kita tidak akan menjadi kacang yang lupa akan kulitnya.

Semoga Tuhan selalu menyayangi kita.


Sumber: aldevaran.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar